Saturday, November 08, 2008

Gerakan “Pembonsaian” Ubudiyah Warga NU Dinilai Sudah Kritis


Gerakan propaganda sekelompok umat Islam yang menganggap bid’ah atau menyesatkan ubudiyah (tradisi peribadatan) warga Nahdlatul Ulama (NU) dinilai sudah berlebihan dan pada beberapa kasus sudah tidak bisa ditolelir. ”Fenomena pembonsaian ajaran Islam ala ahlussunnah wal Jamaah sebagaimana diamalkan oleh orang NU tidak bisa dianggap sepele dan sudah memasuki tahap kritis,” kata Pengasuh Pondok Pesantren As-Shidiqiyah KH Nur Muhammad Iskandar SQ saat memberikan taushiyah dalam acara pembukaan Halaqah dan Konferensi Besar IPPNU di halaman pesantren Asshidiqiyah Jakarta, Kamis (6/11). Kiai Nur menyontohkan, di Bogor ada satu stasiun radio bernama Ahlussunnah wal Jamaah. Namun dalam setiap siaran radio ini justru menganggap sesat beberapa hal dalam ajaran tersebut yang diyakini oleh warga NU. Bahkan beberapa ”orator” radio ini sampai mengkafirkan Imam Ghazali, ulama panutan warga NU di bidang ilmu dan ajaran tasawwuf.

Di beberapa tempat, lanjut Kiai Nur, juga muncul propaganda-propaganda lainnya separti gerakan anti tahlil (GAT), dan gerakan anti maulid (GAM). ”Lho ini maunya apa?” keluhnya. Sementara itu di sisi lain juga muncul beberapa versi ajaran Islam yang menyimpang dari apa yang telah diajarkan oleh para ulama dan salafus shalih. ”Ada juga yang sampai mengaku jadi Nabi. Ada orang yang namanya Lia Eden. Dia ini pernah pinjam uang sama saya tapi sampai sekarang tidak dikembalikan. Tapi dia mengaku mendapatkan wahyu dari Malaikat Jibril. Masa dapat wahyu kog utangnya nggak dibayar,” kata Kiai Nur disambut tawa hadirin.

Kepada para kader IPPNU dari seluruh wilayah di Indonesia Kiai Nur berharap pesantren bisa menjadi basis utama gerakan penerangan terhadap kesalahfahaman kelompok Islam yang benci terhadap ubudiyah warga NU serta meluruskan berbagai ajaran yang menyimpang. ”IPPNU saya harapkan menampung suara anak-anak pesantren. Gerakan ini hendaknya diawali dari pesantren,” kata pengasuh pesantren As-shidiqiyah yang kini mempunyai 9 cabang di seluruh Indonesia itu. Selain itu, kata Kiai Nur, pesantren yang menjadi basis utama warga NU adalah institusi kebudayaan dan pendidikan yang bisa memahami keanekaragaman. ”Tanpa pesantren yang mau memahami heterogenitas mungkin Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini tidak akan pernah lahir,” katanya. (NU Online)


No response to “Gerakan “Pembonsaian” Ubudiyah Warga NU Dinilai Sudah Kritis”

 
© 2009 :: Rio's Blog | Love Aswaja ::. All Rights Reserved | Powered by Blogger
Blogger Layout by psdvibe | Bloggerized By LawnyDesignz |Modern Home Design