Thursday, September 18, 2008

Menjadi Shalihah, Itulah Peran Wanita


Menjadi muslimah yang shalihah adalah aplikasi peranan wanita dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Hal tersebut akan terwujud dengan memahami tugasnya sebagai mahluk individu, berkeluarga dan bermasyarakat. Demikian dikatakan Hannah Nur Shobahi, mahasiswi tingkat akhir jurusan Bahasa dan Sastra Arab di International Islamic Call College (IICC), Tripoli, dalam acara “Kongkow Ramadhan” Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Libia, Sabtu (13/9) lalu. Kongkow kali ini mengambil tema “Wanita; Individu, Agama Dan Masyarakat.” Acara diadakan di taman depan IICC, Tripoli.

Hannah Nur menyampikan pikirannya ketika menjawab pertanyaan, bagaimana peranan wanita dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Menurutnya kaum wanita mempunyai peran yang istimewa. “Salah satu tugas terpenting wanita adalah mencetak manusia-manusia masa depan yang shalih dan shalihah yang berguna bagi agama, bangsa, dan negara,” kata mahasiswi tingkat akhir jurusan Bahasa dan Sastra Arab ini. Pembicara lainnya, Fatimah Qurratu ‘Aini asal Pati Jawa tengah, mengatakan Stereotip yang mengatakan perempuan makhluk lemah, berada di bawah laki-laki, dan kurang banyak berperan dalam masyarakat sepertinya sudah terhapus. “Wanita bukanlah mahluk yang lemah (dlo’ifah), melainkan mahluk yang lembut (lathifah). Sejarah mencatat begitu banyak wanita yang mampu berdiri sendiri dan berhasil dalam kehidupannya. Walaupun lembut dan berperasaan, itu dikarenakan wanita memang didesain begitu rupa untuk mengemban tugas yang sangat mulia, yaitu menjadi seorang ibu yang mampu menciptakan kenyamanan bagi keluarganya,” katanya.

Wanita itu bagaikan rumput yang lembut, namun tak mudah tumbang oleh badai, jadi wanita itu lembut namun kokoh,” lanjut mahasiswi tingkat dua ini saat host Kongkow Ramadhan mengajukan pertanyaan apakah benar wanita identik dengan sifat lemah. Pembicara lain Aminah Abdul Muhith. Mahasisiwi tingkat akhir yang mengambil jurusan Ilmu Al-Quran ini mengomentari tentang ayat Qowwamah (kepemimpinan laki-laki). “Ayat tersebut sebenarnya kurang pas ditafsirkan sebagai legitimasi atas superioritas kaum Adam atas kaum Hawa dengan dalih keutamaan-keutamaan yang diberikan lebih pada laki-laki.” Aminah menjelaskan, ayat tersebut lebih pas jika dipahami sebagai ayat partnership antara kaum laki-laki dan wanita dalam mengisi kehidupan, sehingga nantinya dapat saling mengisi satu sama lain.

"Sejatinya kedua makhluk ini diberikan keutamaan masing-masing, salah satunya adalah laki-laki diberikan kekuatan pikiran (akal), dan wanita diberi ketajaman emosional (‘athifah),” katanya. (NU)

No response to “Menjadi Shalihah, Itulah Peran Wanita”

 
© 2009 :: Rio's Blog | Love Aswaja ::. All Rights Reserved | Powered by Blogger
Blogger Layout by psdvibe | Bloggerized By LawnyDesignz |Modern Home Design